A.
Hari-Hari Suci
1.
Hari suci Waisak
Hari suci waisak puja biasanya jatu pada purnama sidhi bulai mei- juni. Pada
hari suci ini umat Buddha memperingati 3 peristiwa penting dalam masa hidup
sang Buddha gautama yaitu :
1.
Lahir nya sidharta gautama di taman lumbini, tahun 623 SM
2.
Sidarta Gotama mencapai bodhi ( Penerangan Sempurna) dan menjadi Buddha , tahun
588 SM, pada usianya yang ke 35 tahun di bawah pohon ghodhi, hutan gaya
3.
Buddha Gotama mencapai Parinivana tahun 543 SM, pada usia 80 tahun, di kusinara
atau kusinaraga.
Peristiwa Suci Waisak mengajak umat Buddha untuk merenungkan dan menghayati
kembali perjuangan hidup Buddha Gotama. Seorang Putera Mahkota Siddharta Gotama
yang dibesarkan dengan segala kemewahan di dalam istananya, ternyata rela
meninggalkan semuanya itu demi cinta kasihnya kepada semua makhluk. Beliau
pergi meninggalkan istana bukan karena terpaksa atau dipaksa, juga bukan karena
kepentingan pribadi. Beliau pergi meninggalkan istana dan segala kesenangan
duniawi karena dorongan untuk mencari sesuatu yang hakiki. Beliau berjuang
dengan gigih dan pantang menyerah dalam upaya mencari jalan yang dapat
membebaskan makhluk dari segala bentuk penderitaan.
2.
Hari Suci Asadha
Hari suci Asadha puja biasanyajatuh pada purnamasidhi bulan
mei-juni. Pada hari suci ini umat Buddhamemperingati dua peristiwa penting
dalam masa hidup sang Buddha sang Buddhagauama yaitu
:
1.
Saat pertamakalinya sang Buddha gautama memberikan khotbah setelah beliau
menjad uddha, khotbah tersebut di kenal dengan nama “dharmacakrapravartana”
atau “ khotbah pemutaran roda kebenaran “ yang berisi catvari arya
satyani/empat kesunyataan mulia.
2.
Pada saatini pulalah sangha yang pertama muncul di dunia engan sang Buddha
gautama sendiri yang bertindak selaku nayaka (ketuan) nya.
Cattari
Ariya Saccani atau Empat Kesunyataan Mulia itu terdiri atas :
1.
Dukkha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang adanya dukkha.
2.
Dukkha Samudaya Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang sebab
dukkha.
3.
Dukkha Nirodha Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia tentang lenyapnya
dukkha
4.
Dukkha Nirodha Gamini Patipada Ariyasacca, yang berarti Kesunyataan Mulia
tentang Jalan untuk melenyapkan dukkha.
3.
Hari Suci Kathina
Hari suci kathina puja di rayakan tiga bulan setelah Asadha,
perayaan dapat di langsungkanpada dalam waktu satu bulan sesudah hari pertama
berakhirnyamasa vassa.
Umat Buddha berterima kasih kepada Sangha dengan menyelenggarakan perayaan
Kathina Puja. Umat Buddha berterima kasih kepada para Bhikkhu / Bhikkhuni yang
telah menjalankan masa vassa di daerah mereka, dengan mempersembahkan Kain
Kathina (Kathinadussam) yang berwana putih sebagai bahan pembuatan jubah
Kathina. Dalam Kitab Mahavagga berbahasa Pali, bagian dari Vinaya Pitaka, Sang
Buddha mengatakan kepada para bhiksu, ketika Beliau berada di Jetavana Arama
milik Anathapindhika, dikota Savantthi, sebagai berikut :
“Aku
memperolehkan Anda sekalian, oh para bhikku,
untuk
menerima Kain Kathina
sebagai
bahan pembuatan jubah Kathina
jika
telah menyelesaikan masa vassa”
B.
Pengertian dan Fungsi Vihara
Wihara adalah
rumah ibadah agama Buddha, bisa juga dinamakan kuil. Pada jaman Buddha masih hidup vihara
digunakan sebagai tempat tinggal para bhikkhu. Sekarang vihara beralih
fungsi sebagai tempat untuk melaksanakan puja bakti atau persembahan puja dari
umat Buddha kepada sang Buddha.
Vihara yang lengkap terdiri dari:
- Uposathagara, yaitu gedung uposatha (pesamuan para bhikkhu), uposathagara merupakan suatu tempat di vihara yang digunakan untuk melakukan kegiatan yang berhubungan dengan penerangan vinaya, penabisan bhikkhu, untuk upacara pembacaan patimokha yaitu 227 peraturan kebhikkhuan pada bulan gelap dan bulan terang, upacara untuk mengakui kesalahan-kesalahan para bhikkhu pada saat melaksanakan vassa, tempat untuk melakukan upacara persembahan jubah khatina.
- Dhammasala atau dharmasala, yaitu tempat puja bakti dan pembabaran dhamma. Ditempat inilah umat Buddha melakukan puja bakti dan mendengarkan uraian dhamma dari para bhikkhu, pandita atau dharmaduta.
- Kuti, yaitu tempat tinggal untuk para bhikkhu, bhikkhuni, samanera dan samaneri. Didalam kuti para bhikkhu, bhikkhuni, samanera dan samaneri tinggal, melatih diri, seperti bermeditasi.
- Perpustakaan, sama seperi fungsi perpustakaan lainya yaitu sebagai tempat untuk buku-buku agama atau yang isinya berhubungan dengan keagamaan dan berbagai pengetahuan lainya. Juga merupakan tempat menyimpan kitap suci. Perpustakaan bisa digunakan untuk para bhikkhu maupun umat awam yang ingin belajar dhamma.
- Pohon Bodhi, pohon kebijaksanaan yang mengingatkan pada pencerahan dari pertapa gotama.
Di
vihara umat Buddha melakukan penghormatan kepada buddharupang (patung Buddha)
sebagai simbolis dari perwujudan tubuh Buddha. Umat bisa melakukan bakti sosial,
sharing dhamma, dan berbagai kegiatan lainya yang berhubungan dengan keagamaan
di vihara.
C. Candi-Candi Budha di Indonesia
1. Candi Borobudur
Borobudur
adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa
Tengah. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang
dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi ini didirikan oleh para
penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa
pemerintahan wangsa Syailendra.
Ciri-Ciri nya :
Candi Borobudur berbentuk punden
berundak, yang terdiri dari enam tingkat berbentuk bujur sangkar, tiga tingkat
berbentuk bundar melingkar dan sebuah stupa utama sebagai puncaknya. Selain itu
tersebar di semua tingkat-tingkatannya beberapa stupa.
2. Candi Mendut
Candi Mendut
adalah sebuah candi berlatar belakang agama Buddha. Candi ini terletak di desa
Mendut, kecamatan Mungkid, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, beberapa kilometer
dari candi. Borobudur.
Candi Mendut
didirikan semasa pemerintahan Raja Indra dari dinasti Syailendra. Di dalam
prasasti Karangtengah yang bertarikh 824 Masehi, disebutkan bahwa raja Indra
telah membangun bangunan suci bernama veluvana yang artinya adalah hutan bambu.
Oleh seorang ahli arkeologi Belanda bernama J.G. de Casparis, kata ini
dihubungkan dengan Candi Mendut.
Ciri-Ciri nya :
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
Hiasan yang terdapat pada candi Mendut berupa hiasan yang berselang-seling. Dihiasi dengan ukiran makhluk-makhluk kahyangan berupa bidadara dan bidadari, dua ekor kera dan seekor garuda.
3. Candi Ngawen
Candi Ngawen
adalah candi Buddha yang berada kira-kira 5 km sebelum candi Mendut dari arah
Yogyakarta, yaitu di desa Ngawen, kecamatan Muntilan, Magelang. Menurut
perkiraan, candi ini dibangun oleh wangsa Syailendra pada abad ke-8 pada zaman
Kerajaan Mataram Kuno. Keberadaan candi Ngawen ini kemungkinan besar adalah
yang tersebut dalam prasasti Karang Tengah pada tahun 824 M.
Ciri-Ciri nya :
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
Candi ini terdiri dari 5 buah candi kecil, dua di antaranya mempunyai bentuk yang berbeda dengan dihiasi oleh patung singa pada keempat sudutnya. Sebuah patung Buddha dengan posisi duduk Ratnasambawa yang sudah tidak ada kepalanya nampak berada pada salah satu candi lainnya. Beberapa relief pada sisi candi masih nampak cukup jelas, di antaranya adalah ukiran Kinnara, Kinnari, dan kala-makara.
4.Candi Lumbung
Candi Lumbung
adalah candi Buddha yang berada di dalam kompleks Taman Wisata Candi Prambanan,
yaitu di sebelah candi Bubrah. Menurut perkiraan, candi ini dibangun pada abad
ke-9 pada zaman Kerajaan Mataram Kuno. Candi ini merupakan kumpulan dari satu
candi utama (bertema bangunan candi Buddha)
Ciri-cirinya :
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
Dikelilingi oleh 16 buah candi kecil yang keadaannya masih relatif cukup bagus.
5.Candi Banyunibo
Candi
Banyunibo yang berarti air jatuh-menetes (dalam bahasa Jawa) adalah candi
Buddha yang berada tidak jauh dari Candi Ratu Boko, yaitu di bagian sebelah
timur dari kota Yogyakarta ke arah kota Wonosari. Candi ini dibangun pada
sekitar abad ke-9 pada saat zaman Kerajaan Mataram Kuno. Pada bagian atas candi
ini terdapat sebuah stupa yang merupakan ciri khas agama Buddha.
Ciri-cirinya:
Keadaan dari candi ini terlihat
masih cukup kokoh dan utuh dengan ukiran relief kala-makara dan bentuk relief
lainnya yang masih nampak sangat jelas. Candi yang mempunyai bagian ruangan
tengah ini pertama kali ditemukan dan diperbaiki kembali pada tahun 1940-an,
dan sekarang berada di tengah wilayah persawahan.